Kita kadang dikelilingi oleh orang-orang yang mengalami gangguan jiwa. Seperti degradasi mental, hawatir terhadap keadaan, rasa takut yang berlebihan, frustasi yang mendalam, dan sejenisnya. Fisik mereka tampak sehat, namun jiwanya tergoncang. Orang-orang seperti itu membutuhkan pertolongan untuk membuka diri.
Ada bebera dari mereka menemui orang-orang tertentu, umumnya yang dianggap kredible dan terpercaya. Dengan maksud mengungkapkan isi hati, sehingga persoalan yang mereka alami dapat dituntaskan. Orang-orang dalam lingkaran Anda dapat berbagi dan mencurahkan hati mereka. Mungkin karena kesulitan dan cobaan yang mereka alami, atau karena hidup terlalu berat untuk ditanggung sendiri. Sehingga mereka menginginkan nasihat, kenyamanan, saran atau solusi.
Mereka membuka diri mungkin agar orang lain memahami betapa sulitnya hidup yang mereka alami saat ini. Sehingga dibutuhkan empati dalam menanggapi curahan hati.
Baca: 8+ Tanda Depresi dan Cara Mengatasinya
Faktor Pendorong Membuka Diri
Membuka diri mengungkap berbagai problem pribadi kepada orang lain terjadi dalam konteks dan situasi tertentu. Kita cenderung mangungkap masalah kepada orang yang dipercaya. Itulah yang terjadi dalam curhat.
Kita juga melihat situasi waktu, atau melihat bagaimana kondisi orang yang akan kita curhati. Saat ia sibuk, atau sedang dalam keadaan marah, pasti kita akan diam. Dan malam hari adalah waktu yang biasa digunakan untuk berkonsultasi.
Di sini saya uraikan beberapa faktor mengapa manusia mau mengekspresikan curahan hati dirinya. Simak secara seksama.
1. Kisaran kelompok
Membuka diri lebih sering terjadi dalam kelompok kecil dari pada kelompok besar. Kelompok yang terdiri dari dua orang merupakan yang paling cocok. Satu menjadi pendengar, yang lain menjadi pembicara. Jika terjadi ganggungan eksternal, keduanya bisa menghentikan pembicaraan.
Ketika saya mengungkap masalah privasi kepada anda. Saya akan diam, atau mengalihkan pembicaraan jika ada orang ketiga datang menghampiri.
2. Perasaan menyukai
Kita cenderung membuka diri kepada orang yang kita sukai. Saya lebih cocok mengungkapkan masalah-masalah pekerjaan kepada Istri. Dalam kasus-kasus tertentu, seseorang bercerita kepada yang ia sukai yang sifatnya sementara. Seperti kepada penumpang kereta api yang duduk di sebelahnya.
Keakraban hubungan bertendensi melahirkan keberanian untuk mengungkap diri.
3. Efek diadik
Kita mau mengungkap diri kepada seseorang karena ia juga mengungkap dirinya kepada kita. Inilah yang dimaksud dengan efek diadik.
Efek ini barangkali membuat kita terasa lebih aman, serta dapat meningkatkan kerekatan hubungan. Orang yang sama-sama sering melakukan curhat, secara tidak sadar, hubungan mereka akan semakin intim.
4. Kompetensi
Seorang pasien mau berbicara tentang dirinya, termasuk dalam urusan yang sangat pribadi, kepada seorang dokter. Menurutnya, sang dokter dapat mengentaskan masalah yang ia derita.
Karena orang yang ia hadapi adalah orang yang berkompeten. Para konsultan menjadi tempat bercerita yang paling cocok bagi mereka yang bermasalah. Semakin kompeten seseorang, kemungkinan tingkat kepercayaan orang lain akan semakin kuat.
5. Topik
Kita mau menceritakan masalah-masalah tertentu saja. Anda mungkin tidak mau menceritakan urusan rumah tangga Anda. Namun mau mengungkap masalah pengalaman kerja.
Perlu di ingat, orang akan membuka diri jika topik-topik yang dikemukakan masuk dalam zona aman dirinya.
6. Kepribadian
Orang yang pandai bergaul lebih cenderung berbicara sekenanya. Ia lebih banyak mengungkapkan isi hatinya dari pada orang yang tertutup. Perasaan gelisah pada orang yang pandai bergaul menjadi pendorong untuk berbicara. Seolah-olah ia merasa masalah dirinya akan lepas jika dibicarakan kepada rekan sejawat.
7. Jenis kelamin
Salah satu faktor penting yang membuat orang melakukan pembukaan diri adalah jenis kelamin. Pria cenderung lebih tertutup daripada wantia. Kecuali jika pria tersebut adalah pria peminin. Pria semacam ini lebih terbuka daripada pria yang tingkat pemininnya rendah.
Sebaliknya, wanita lebih banyak melakukan pengungkapan diri. Bayangkan ketika para ibu-ibu PKK sedang kumpul, pasti terdengar sangat ramai. Bising seperti pasar. Mereka bercerita ke sana ke mari. Hampir segala Informasi terungkap semua.
Berbeda jika yang dimaksud adalah wanita maskulin. Ia bersikap layaknya pria. Lebih tertutup, dan lebih suka menyimpan masalah pribadi.
Baca juga: Inti Perbedaan Ego dan Diri
Cara Menangani
Ketika orang mempercayakan kepada kita tentang privasi mereka, kita dituntut membantu dengan cara yang berarti. Apa yang kita katakan dan bagaimana seharusnya kita tanggapi. Ingat, menanggapi orang yang mengalami goncangan membutuhkan kepekaan.
Lakukan tips berikut untuk membantu orang-orang yang mulai membuka diri.
1. Dengarkan dengan baik
Anda harus mendengarkan secara saksama, dengan kasih sayang dan empati, apa yang orang tersebut katakan kepada Anda. Biarkan dia menceritakan kisahnya. Anda mungkin orang pertama yang cukup dipercaya untuk melepaskan unek-uneknya. Ingat, reaksi terpenting Anda adalah mendengar, mendengar, dan mendengar dengan baik.
2. Bersikap lembut
Jika seorang teman setuju untuk mendengar umpan balik atau nasihat Anda, bersikaplah dengan lembut dalam menanggapi. Perhatikan wajah teman Anda untuk berkomunikasi nonverbal. Jika Anda melihat kekakuan terhadap apa yang Anda katakan, tanyakan apakah orang tersebut ingin Anda melanjutkan atau berhenti.
Berhati-hatilah, hindari sikap kasar. Bahkan jika teman Anda membutuhkan teguran atau koreksi, dia mungkin akan menerimanya dengan baik jika Anda bersikap lembut, meski Anda memiliki hal-hal sulit untuk dikatakan.
3. Jangan “perbaiki”
Salah satu alasan mengapa orang bersedia berbagi dengan Anda karena mengalami mengalami rasa sakit. Ia mempercayai Anda dan diyakini dapat memperbaiki keadaannya.
Terlebih dahulu, pastikan apakah orang tersebut menginginkan umpan balik atau nasihat. Sebab bisa saja ia belum siap untuk mendengar nasihat.
4. Ucapkan kebenaran dengan bijak
Jika Anda akan memberikan nasihat tentang suatu kebenaran, pastikan Anda melihat situasi dan kondisi yang tepat. Saat orang merasa dirinya benar, meskipun ia salah namun tidak menyadarinya, jangan paksakan memberikan kebenaran pendapat terhadapnya. Sebab hal itu justru dapat bersifat frontal merenggangkan hubugan.
5. Tanggapi dengan percaya diri dan peduli
Mendengarkan, tidak memperbaiki, bersikap lembut, dan berbicara jujur dengan penuh kebijaksanaan adalah modal utama yang dapat membuat orang tidak terdiam saat membuka diri terhadap Anda.
Teruslah bersikap kooperatif dalam menanggapi orang-orang yang membuka dirinya. Bersikaplah dengan penuh empati, agar prosesnya dapat berjalan dengan baik. Dengan demikian, hubungan antara Anda dan mereka akan semakin erat.