Komunikasi yang efektif lebih dari sekedar bertukar informasi. Termasuk memahami emosi dan niat di balik informasi. Selain dapat menyampaikan pesan dengan jelas, Anda juga perlu mendengarkan sepenuhnya apa yang dikatakan, membuat orang lain merasa didengar dan dipahami.
Faktanya, terlalu sering ketika kita mencoba berkomunikasi dengan orang lain, namun ada sesuatu yang tidak beres. Kita mengatakan satu hal, orang lain mendengar hal lain. Kesalahpahaman, frustrasi, dan konflik kerap terjadi. Hal ini dapat menyebabkan masalah, terutama pada hubungan Anda.
Agar dapat berkomunikasi dengan jelas dan efektif membutuhkan keterampilan. Anda mencoba meningkatkan komunikasi dengan pasangan, anak-anak, atasan, atau rekan kerja. Mempelajari keterampilan ini dapat memperdalam hubungan Anda dengan mereka, membangun kepercayaan dan rasa hormat yang lebih besar, meningkatkan kerja tim, memecahkan masalah, serta menumbuhkan kesehatan sosial dan emosional Anda secara menyeluruh.
Kenali Faktor Penghambat Komunikasi Efektif Anda
Kenali hambatan umum dalam menjalin komunikasi di bawah ini !!
1. Stres dan emosi yang tidak terkendali
Ketika stres atau kewalahan secara emosional, Anda cenderung salah membaca orang lain, mengirimkan sinyal nonverbal yang tidak tepat, dan terjerumus ke dalam pola perilaku spontan yang tidak sehat.
Untuk menghindari konflik dan kesalahpahaman, Anda bisa belajar cara cepat menenangkan diri sebelum melanjutkan percakapan.
2. Kurang fokus
Anda tidak dapat berkomunikasi secara efektif saat melakukan banyak tugas. Jika Anda memeriksa ponsel, merencanakan apa yang akan Anda katakan selanjutnya, atau melamun, Anda hampir pasti melewatkan isyarat nonverbal dalam percakapan.
Untuk berkomunikasi secara efektif, Anda perlu menghindari gangguan dan tetap fokus.
3. Bahasa tubuh yang tidak konsisten
Komunikasi nonverbal harus memperkuat apa yang sedang dikatakan, bukan membantahnya. Jika Anda mengatakan satu hal, tetapi bahasa tubuh Anda mengatakan sesuatu yang lain, pendengar kemungkinan besar akan merasa bahwa Anda tidak jujur.
Misalnya, Anda tidak bisa mengatakan “tidak” sambil mengangguk-anggukkan kepala.
4. Bahasa tubuh negatif
Jika Anda tidak setuju, atau tidak menyukai apa yang dikatakan, Anda mungkin menggunakan bahasa tubuh yang negatif untuk menolak pesan orang lain, seperti menyilangkan tangan, menghindari kontak mata, atau mengetuk kaki.
Anda tidak harus setuju, atau bahkan menyukai apa yang dikatakan. Namun untuk berkomunikasi secara efektif, dan tidak membuat orang lain bersikap defensif, Anda perlu menghindari pengiriman sinyal negatif.
Keterampilan untuk Menjalin Komunikasi yang Efektif
Ingin berkomunikasi dengan baik? Tips di BAWAH ini akan membantu Anda menghindari kesalahpahaman, dan meningkatkan hubungan pribadi Anda.
1. Menjadi pendengar yang terlibat
Saat berkomunikasi, kita sering fokus pada apa yang harus kita katakan. Namun, komunikasi yang efektif bukan tentang berbicara dan mendengarkan. Mendengarkan dengan baik berarti tidak hanya memahami kata-kata atau informasi yang dikomunikasikan, tetapi juga memahami emosi yang coba disampaikan pembicara.
Ada perbedaan besar antara mendengarkan dan hanya mendengarkan. Ketika Anda benar-benar mendengarkan — saat Anda terlibat dengan apa yang dikatakan — Anda akan mendengar intonasi dalam suara seseorang yang memberi tahu Anda bagaimana perasaan orang itu, dan emosi yang ia coba komunikasikan.
Ketika Anda seorang pendengar yang terlibat, Anda tidak hanya memahami orang lain, Anda juga akan membuat orang tersebut merasa didengar dan dipahami.
Dengan berkomunikasi seperti ini, Anda akan mengalami proses penurunan stres, yang mendukung kesejahteraan fisik dan emosional.
Jika lawan bicara Anda tenang, misalnya, mendengarkan dengan penuh perhatian, maka hal ini akan membantu menenangkan Anda.
Demikian pula, jika orang tersebut gelisah, Anda dapat membantu menenangkannya dengan mendengarkan dengan penuh perhatia,n dan membuat orang tersebut merasa dipahami.
Jika tujuan Anda adalah untuk sepenuhnya memahami dan terhubung dengan orang lain, mendengarkan dengan cara yang terlibat sering kali datang secara alami.
Semakin sering Anda mempraktikkannya, hubungan Anda dengan orang lain akan semakin memuaskan dan bermanfaat.
Tips untuk menjadi pendengar yang terlibat:
Fokus sepenuhnya pada speaker
Anda tidak dapat mendengarkan dengan penuh perhatian jika Anda terus-menerus memeriksa ponsel atau memikirkan hal lain.
Anda harus tetap fokus pada pengalaman dari momen-ke-momen untuk menangkap nuansa halus dan isyarat nonverbal dalam percakapan.
Jika Anda merasa sulit untuk berkonsentrasi pada beberapa pembicara, coba ulangi kata-kata mereka di kepala Anda — hal ini akan memperkuat pesan mereka, dan membantu Anda tetap fokus.
Tunjukkan minat Anda pada apa yang dikatakan.
Mengangguklah sesekali, tersenyumlah kepada orang tersebut, dan pastikan postur Anda terbuka dan mengundang.
Dorong si pembicara untuk melanjutkan dengan komentar verbal kecil seperti “ya” atau “eh ya”.
Berikan umpan balik
Jika tampaknya ada keterputusan, refleksikan apa yang telah dikatakan dengan parafrase. Pernyataan seperti “Apa yang saya dengar adalah,” atau “Kedengarannya seperti yang Anda katakan,” adalah cara yang bagus untuk merefleksikan kembali.
Jangan hanya mengulangi apa yang dikatakan pembicara secara verbal.
Coba juga ajukan pertanyaan untuk mengklarifikasi poin-poin tertentu: “Apa yang Anda maksud ketika Anda mengatakan …” atau “Apakah ini yang Anda maksud?”
Jangan menyela atau mencoba mengalihkan pembicaraan ke masalah Anda
Dengan mengatakan sesuatu seperti, “Kalau menurutmu itu buruk, biarkan aku memberitahumu apa yang terjadi padaku.”
Mendengarkan tidak sama dengan menunggu giliran bicara.
Anda tidak dapat berkonsentrasi pada apa yang dikatakan seseorang jika Anda merangkai apa yang akan Anda katakan selanjutnya.
Seringkali, pembicara dapat membaca ekspresi wajah Anda, dan mengetahui bahwa pikiran Anda ada di tempat lain.
Cobalah untuk mengesampingkan penilaian
Untuk berkomunikasi secara efektif dengan seseorang, Anda tidak harus menyukai atau menyetujui ide, nilai, atau pendapat mereka.
Anda perlu mengesampingkan penilaian Anda, serta menahan kritik.
Komunikasi yang sulit, ketika berhasil dilaksanakan, seringkali dapat menyebabkan hubungan yang tidak terduga dengan seseorang.
Dengarkan emosi di balik kata-kata
Perlu diketahui, frekuensi ucapan manusia yang lebih tinggi itulah yang menyampaikan emosi. Anda bisa terbiasa dengan frekuensi ini, sehingga mampu memahami apa yang sebenarnya dikatakan orang lain.
2. Perhatikan sinyal nonverbal
Cara Anda memandang, mendengarkan, bergerak, dan bereaksi terhadap orang lain memberi tahu lebih banyak tentang perasaan Anda daripada kata-kata.
Komunikasi nonverbal, atau bahasa tubuh, mencakup ekspresi wajah, gerakan dan gerak tubuh, kontak mata, postur tubuh, nada suara Anda, dan bahkan ketegangan otot dan pernapasan.
Mengembangkan kemampuan untuk memahami dan menggunakan komunikasi nonverbal dapat membantu Anda terhubung dengan orang lain, mengekspresikan apa yang sebenarnya Anda maksud, dan membangun hubungan yang lebih baik.
- Anda dapat meningkatkan komunikasi yang efektif dengan menggunakan bahasa tubuh . Lengan tidak disilangkan, berdiri dengan posisi terbuka, atau duduk di tepi tempat duduk Anda, dan menjaga kontak mata dengan lawan bicara.
- Anda juga dapat menggunakan bahasa tubuh untuk menekankan atau meningkatkan pesan verbal Anda. Menepuk punggung teman sambil memuji kesuksesannya, misalnya, atau menepak untuk menggarisbawahi pesan Anda.
Tingkatkan cara Anda membaca komunikasi nonverbal dengan hal-hal berikut:
1. Waspadai perbedaan individu
Orang-orang dari negara dan budaya yang berbeda cenderung menggunakan gerakan komunikasi nonverbal yang berbeda.
Jadi, penting untuk mempertimbangkan usia, budaya, agama, jenis kelamin, dan keadaan emosional saat membaca sinyal bahasa tubuh.
Seorang remaja, seorang janda yang berduka, dan seorang pengusaha, misalnya, cenderung menggunakan isyarat nonverbal secara berbeda.
2. Lihatlah sinyal komunikasi nonverbal sebagai sebuah kelompok
Jangan terlalu fokus pada satu isyarat nonverbal. Pertimbangkan semua sinyal nonverbal yang Anda terima, dari kontak mata, nada suara, hingga bahasa tubuh.
Siapa pun dapat sekali-sekali tergelincir dan melepaskan kontak mata, atau menyilangkan tangan sebentar tanpa sengaja.
Pertimbangkan sinyal secara keseluruhan untuk mendapatkan “pesan nonverbal” yang lebih baik pada seseorang.
Tingkatkan teknik menyampaikan komunikasi nonverbal dengan tiga cara berikut:
1. Gunakan sinyal nonverbal yang cocok dengan kata–kata
Jika Anda mengatakan satu hal, tetapi bahasa tubuh Anda mengatakan sesuatu yang lain, pendengar akan merasa bingung atau curiga bahwa Anda tidak jujur.
Misalnya, duduk dengan tangan disilangkan dan menggelengkan kepala tidak cocok dengan kata-kata yang memberi tahu orang lain bahwa Anda setuju dengan apa yang mereka katakan.
2. Sesuaikan sinyal nonverbal Anda dengan konteks
Nada suara Anda, misalnya, harus berbeda saat Anda berbicara dengan anak kecil daripada saat berbicara dengan sekelompok orang dewasa.
Demikian pula, pertimbangkan keadaan emosional dan latar belakang budaya orang yang berinteraksi dengan Anda.
3. Hindari bahasa tubuh yang negatif
Sebaliknya, gunakan bahasa tubuh untuk menyampaikan perasaan positif, bahkan saat Anda tidak benar-benar mengalaminya.
Jika Anda gugup dalam suatu situasi — wawancara kerja, presentasi penting, atau kencan pertama, misalnya — Anda dapat menggunakan bahasa tubuh yang positif untuk menunjukkan kepercayaan diri, meskipun Anda tidak merasakannya.
Itu jauh lebih baik daripada memasuki ruangan dengan kepala menunduk, mata teralihkan, dan meluncur ke kursi.
Cobalah berdiri tegak dengan bahu ke belakang, tersenyum dan mempertahankan kontak mata, dan memberikan jabat tangan yang kuat.
Ini akan membuat Anda merasa lebih percaya diri, dan membantu membuat orang lain merasa nyaman.
3. Tegaskan diri Anda
Ekspresi langsung dan tegas menghasilkan komunikasi yang jelas, serta dapat meningkatkan harga diri dan keterampilan pengambilan keputusan Anda.
Bersikap tegas berarti mengungkapkan pikiran, perasaan, dan kebutuhan Anda secara terbuka dan jujur, sambil membela diri sendiri dan menghormati orang lain.
Hal ini BUKAN berarti bersikap bermusuhan, agresif, atau menuntut.
Komunikasi yang efektif selalu tentang memahami orang lain, bukan tentang memenangkan argumen, atau memaksakan pendapat Anda kepada orang lain.
Untuk meningkatkan ketegasan, cobalah lakukan hal-hal berikut:
- Hargai diri Anda dan pilihan Anda. Keduanya sama pentingnya dengan orang lain.
- Ketahui kebutuhan dan keinginan Anda. Belajar untuk mengekspresikannya tanpa melanggar hak orang lain
- Ekspresikan pikiran negatif dengan cara yang positif. Tidak apa-apa untuk marah , tetapi Anda juga harus tetap menghormati.
- Terima umpan balik secara positif. Terima pujian dengan anggun, belajar dari kesalahan Anda, memberi bantuan saat dibutuhkan.
- Belajar mengatakan “tidak”. Ketahui batasan Anda, jangan biarkan orang lain memanfaatkan Anda. Carilah alternatif sehingga semua orang merasa senang dengan hasilnya.
4. Kendalikan stres
Berapa kali Anda merasa stres akibat bertengkar dengan pasangan, anak-anak, atasan, teman, atau rekan kerja, dan kemudian Anda mengatakan / melakukan sesuatu yang akhirnya Anda sesali?
Jika dapat dengan cepat menghilangkan stres dan kembali ke keadaan tenang, Anda tidak hanya akan menghindari penyesalan, tetapi juga akan membantu menenangkan orang lain.
Hanya dengan tenang dan rileks, Anda akan mengetahui apakah situasinya memerlukan tanggapan, atau apakah sinyal orang lain menunjukkan Anda untuk lebih baik diam.
Dalam situasi seperti wawancara kerja, presentasi bisnis, atau perkenalan dengan keluarga orang yang Anda cintai, misalnya, diperlukan keahlian untuk mengelola emosi, berpikir, dan berkomunikasi secara efektif di bawah tekanan.
Tips berkomunikasi secara efektif dengan tetap tenang di bawah tekanan:
1. Gunakan taktik mengulur waktu agar Anda memiliki waktu untuk berpikir. Minta pertanyaan untuk diulangi, atau untuk mengklarifikasi pernyataan sebelum Anda menjawab.
2. Berhenti sejenak untuk mengumpulkan pikiran Anda. Diam tidak selalu berarti buruk — berhenti sejenak bisa membuat Anda lebih memegang kendali daripada terburu-buru menanggapi.
3. Sampaikan kata-kata Anda dengan jelas. Dalam banyak kasus, cara Anda mengatakan sesuatu sama pentingnya dengan apa yang Anda katakan. Bicaralah dengan jelas, perhatikan nada, dan lakukan kontak mata. Jaga bahasa tubuh Anda rileks dan terbuka.
4. Buat satu poin dan berikan contoh atau informasi pendukung. Jika tanggapan Anda terlalu panjang atau Anda bimbang tentang sejumlah poin, Anda berisiko kehilangan minat pendengar. Ikuti satu poin dengan sebuah contoh, kemudian ukur reaksi pendengar untuk mengetahui apakah Anda harus membuat poin kedua.
5. Akhiri dengan ringkasan dan kemudian berhenti. Ringkas tanggapan Anda dan kemudian berhentilah berbicara, meskipun hal itu membuat ruangan menjadi sunyi. Anda tidak perlu mengisi keheningan dengan terus berbicara.
Teknik menghilangkan stres untuk menjalin komunikasi yang efektif
Saat percakapan mulai memanas, Anda memerlukan sesuatu yang cepat untuk menurunkan intensitas emosional.
1. Kenali saat Anda stres. Tubuh Anda akan memberi tahu jika Anda mengalami stres saat berkomunikasi. Apakah otot atau perut Anda kencang? Apakah tangan Anda terkepal? Apakah nafasnya dangkal?
2. Luangkan waktu sejenak untuk menenangkan diri sebelum memutuskan untuk melanjutkan percakapan atau menundanya.
3. Bawalah indra Anda untuk menyelamatkan. Cara terbaik untuk menghilangkan stres dengan cepat adalah melalui indra — penglihatan, suara, sentuhan, rasa, penciuman — atau gerakan. Misalnya, Anda bisa memasukkan permen ke dalam mulut, memasukkan bola stres ke dalam saku, menarik napas dalam-dalam, mengencangkan dan mengendurkan otot, atau sekadar mengingat gambar yang menenangkan dan kaya sensorik.
4. Setiap orang merespons masukan sensorik secara berbeda. Jadi Anda perlu menemukan mekanisme penanggulangan yang cocok untuk Anda.
5. Cari humor dalam situasi tersebut. Jika digunakan dengan tepat, humor adalah cara yang bagus untuk menghilangkan stres saat berkomunikasi . Ketika Anda atau orang di sekitar mulai menganggap terlalu serius, temukan cara untuk meringankan suasana dengan berbagi lelucon atau cerita lucu.
6. Bersedia untuk berkompromi. Kadang-kadang, jika Anda berdua bisa sedikit membungkuk, Anda akan dapat menemukan jalan tengah yang menyenangkan, yang mengurangi tingkat stres bagi semua orang yang terlibat. Jika Anda menyadari bahwa orang lain lebih memperdulikan suatu masalah daripada Anda, kompromi mungkin lebih mudah bagi Anda untuk menjamin hubungan masa depan.
7. Katakan untuk tidak setuju, jika perlu, dan luangkan waktu untuk menjauh dari situasi tersebut sehingga semua orang dapat tenang. Pergilah berjalan-jalan di luar jika memungkinkan, atau habiskan beberapa menit untuk bermeditasi. Gerakan fisik atau mencari tempat yang tenang untuk memulihkan keseimbangan dapat mengurangi stres dengan cepat.